Luigi

Selasa, 24 April 2012

MAKNA SEBUAH ADZAN

"Masjid Agung Sungai Penuh-Jambi"

Menurut Said Jibair, bahwa Ibnu Abbas seringkali menangis ketika mendengar adzan. sampai sampai surbannya basah oleh airmata. Ketika ada yang menanyakan mengapa begitu? Ibnu Abbas menjawab, ” Seandainya semua orang tahu makna seruan muadzin itu, pasti tidak akan dapat beristirahat dan tak akan dapat tidur nyenyak.”
Selanjutnya Ibnu abbas menjelaskan makna satu persatu dari kalimat adzan tersebut. Dikatakan bahwa seruan Allahu Akbar mengandung makna seakan akan ada kalimat, “Wahai sekalian manusia yang sedang sibuk mengurusi harta duniawi, berhentilah sejenak. sambutlah seruan ini. Istirahatkanlah badanmu dan segeralah beramal baik demi kepentingan dan keuntungan dirimu sendiri.”
Lalu jika diserukan asyhadu anlaa ilaaha illalaah seakan akan muadzin berkata, “aku mohon persaksian semua masyarakat langit dan bumi, bagiku di sisi Alloh kelak di hari kiamat bahwa : aku telah menyeru kalian!.
Berikutnya kalimat asyhadu anna muhamadan rasulullaah, seakan akan muadzin berkata kepada kita, “aku mohon persaksian dari para Nabi (khususnya) Muhammad saw. kelak di hari kiamat, bahwa aku telah memberitahu kepada kalian setiap hari lima kali.”
Kalimat hayya alaash shalaa, seakan akan muadzin berkata, “sungguh, Allah telah menegakkan sholat bagi kalian, maka tegakkanlah sholat itu.”
Kalimat hayya alal falaah, mengandung makna, “Masuklah kalian dalam rahmat dan peganglah petunjuk petunjuk bagimu!”
Lalu seruan Allahu Akbar, mengandung makna. “segala pekerjaan (urusan duniawi) terlarang bagimu, sebelum kamu melaksanakan sholat.”
Dan kalimat, laa ilaaha illaallaahu mengandung makna, “Inilah amanat tujuh lapisan bumi-langit, sudah berada dipundakmu, maka terserah kalian, akan kau laksanakan atau tidak!.
Namun hal hal seperti itu jarang kita pikirkan. Kita memandang bahwa shalat adalah kegiatan rutinitas yang dilaksanakan lima kali dalam dua puluh empat jam. Tak ada esensi yang menarik hati kita. shalat yang kita kerjakan hanya semata-mata pelengkap identitas bahwa kita adalah orang Islam. Dimana salah satu ciri orang Islam adalah menjalankan sholat lima waktu. Inilah pikiran yang keliru. Kalau kita menganggap sholat sekedar demikian itu, maka akan membahayakan agama kita.
Asal makna adzan ialah memberitahukan.Dikumandangkan oleh seorang muadzin setiap sholat 5 waktu. Lafadz adzan terdiri dari 7 bagian:
  1. Allahuakbar Allahuakbar (2 kali) artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
  2. Asyhadualah ila ha ilallah (2 kali) "Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah"
  3. Asyhaduanna muhammadarasulullah (2 kali) "Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah"
  4. Hayya 'alla sholah (2 kali) "Mari menunaikan shalat"
  5. Hayya 'alal falah (2 kali) "Mari meraih kemenangan"
  6. Allahuakbar Allahuakbar (1 kali) "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar"
  7. Lailaha ilallah (1 kali) "Tiada tuhan selain Allah

Waktu shalat telah tiba. Bilal beranjak menunaikan tugas untuk mengumandangkan adzan sebagaimana biasa. Suara yang indah nan lantang menggema di seantero Madinah.
Penduduk Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.
Asyhadu anla ilaha ilallah, Asyhadu anla ilaha ilallah. Suara bening itu bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan? Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan Bilal bergetar tak beraturan. 

Asy...hadu.. an..na.. M..Mu..mu…hammmad.... Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi.
Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul Allah.
Asy...ha..du. .annna... Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh. Tubuhnya mulai limbung. Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya, dan meneruskan adzan yang terpotong.

Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di Masjid Nabawi. Bahkan yang tidak berada di masjid pun ikut meneteskan airmata. Mereka semua merasakan kepedihan ditinggal kekasih Allah, Muhammad, untuk selama-lamanya.
Semua menangis, tapi tidak seperti Bilal. Tangis Bilal lebih deras daripada semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis kenapa seperti itu. Tapi Abu Bakar ash-Shiddiq RA tahu. Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan.
Saat mengumandangkan adzan, rupanya Bilal tiba-tiba terkenang akan Rasulullah SAW. Berkelabat tanpa bisa dibendung. Teringat bagaimana Rasulullah memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia berstatus budak.
Ia teringat bagaimana Rasulullah menjodohkannya. Saat itu Rasulullah meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, ”Bilal adalah pasangan dari surga, nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya." Bilal terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak.
Kini, kita semua menunggu kehadiran sosok pemimpin yang mampu memberikan sentuhan keteladanan sebagaimana Muhammad. Sosok pemimpin yang mampu memuliakan para sahabatnya. Dari ungkapannya mengalir mutiara-mutiara hikmah yang mampu menjadi medan magnet penuh inspirasi. Siapapun yang ada di sekitarnya merasakan keteduhan dan indahnya kehidupan. Lebih jauh saat terasa surga nampak di pelupuk mata. Inilah medan magnet yang mampu melahirkan kerinduan kepadanya. Bukan hanya para sahabat, namun segenap generasi Islam hingga kini. Bahkan di masa mendatang.