Luigi

Kamis, 22 Desember 2011

KAFIR

Makna dari kafir sendiri dapat diartikan suatu "mahluk" yang dapat
mengakibatkan manusia yang ditempatinya menjadi tidak percaya atau
mengingkari Zat Yang Maha Kuasa, Rasul-rasulnya, Kitab-KitabNya,
Malaikat-malaikatNya, Hari Kemudian,  d a n /  a t a u  KetetapanNya.
Seseorang dapat dirasuki kekafiran terhadap sebagian atau semua yang saya
sebutkan ini.

1. Orang kafir tidak mau menerima peringatan Allah melalui Kitab-kitabNya.

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan
atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS. 2:6)

2.Orang kafir tidak percaya terhadap Allah

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian
kepada-Nya-lah kamu di kembalikan. (QS. 2:28)

3. Tidak mau tunduk kepada perintah Allah

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat:"Sujudlah kamu
kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan
adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. 2:34)

4. Mengingkari ayat-ayat Al Qur'an sebagian atau seluruhnya

Dan berimanlah kamu kepada apa ang telah Aku turunkan (al-Qur'an) yang
membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang
yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku
dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertaqwa. (QS.
2:41)

Dan apabila dikatakan kepada mereka:"Berimanlah kepada al-Qur'an yang
diturunkan Allah". Mereka berkata:"Kami hanya beriman kepada apa yang
diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada al-Qur'an yang diturunkan
sesudahnya, sedang al-Qur'an itu (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa
yang ada pada mereka. Katakanlah:"Mengapa dahulu kamu membunuh nabi-nabi
Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman". (QS. 2:91)

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari
orang-orang yang diberi Ahli Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (QS. 3:100)

(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main atau
senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari itu
(kiamat ini), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan
mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari
ayat-ayat Kami. (QS. 7:51)

Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya
kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu.
Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami
di hadapan mereka. Katakanlah:"Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih
buruk daripada itu, yaitu neraka" Allah telah mengancamkannya kepada
orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat
kembali. (QS. 22:72)

5. Kafir atau ingkar terhadap nikmat Allah

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS.
2:152)

Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang
mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. (QS. 7:135)

Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu mema'lumkan:"Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS.
14:7)

6. Mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah.

Dan itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan
mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah
semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). (QS. 11:59)

Dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan-Nya); maka
tanda-tanda (kekuasaan) Allah manakah yang kamu ingkari (QS. 40:81)

7. Ingkar terhadap hari kemudian

Yusuf berkata: Tidak disampaikan kepada kamu berdua makanan yang akan
diberikan kepadamu melainkan aku telah dapat menerangakan jenis makanan
itu, sebelum makanan itu sampai kepadamu. Yang demikian itu adalah sebagian
dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah
meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang
mereka ingkar kepada hari kemudian. (QS. 12:37)

Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa.Maka orang-orang yang tidak beriman
kepada hari akhirat, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan
mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. (QS. 16:22)

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah
tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan.Dan
sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan
dengan Tuhannya. (QS. 30:8)

Dan mereka berkata:"Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah,
kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?"Bahkan (sebenarnya)
mereka ingkar akan menemui Tuhannya. (QS. 32:10)

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari
rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari
itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan
tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zalim. (QS. 2:254)

8. Ingkar terhadap rahmat Allah

sehingga mereka mengingkari akan rahmat yang telah Kami berikan kepada
mereka.Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu). (QS. 30:34)

agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh
dari karunia-Nya.Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang ingkar.
(QS. 30:45)

9. Ingkar terhadap salah satu Allah atau RasulNya

Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya,
dengan mengatakan:"Kami beriman kepada yang sebahagian dan kafir terhadap
sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil
jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), (QS. 4:150)
merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan
untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (QS. 4:151)

10. Menganggap Isa itu Allah

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata :"Sesungguhnya Allah
itu adalah Al-Masih putera Maryam". Katakanlah:"Maka siapakah (gerangan)
yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan
Al-Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang berada
dibumi semuanya" Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang
diantara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikendaki-Nya. Dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 5:17)

11. Antara mulut dan hati tidak sama

Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang
bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang
mengatakan dengan nulut mereka:"Kami telah beriman", padahal hati mereka
belum beriman; dan (juga) diantara orang-orang yahudi.(Orang-orang yahudi
itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar
perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka
merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya.Mereka
mengatakan:"Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka )
kepadamu maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka
hati-hatilah". Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka
sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) dari
pada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak
mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan didunia dan diakhirat
mereka beroleh siksaan yang besar. (QS. 5:41)


Ciri-ciri orang kafir

1. Memandang indah kehidupan dunia, dan memandang hina kepada orang yang
beriman

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan
mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang
bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi
rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. 2:212)

2. Suka menyebut-nyebut pemberian dengan menyakiti si penerima

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu denga menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu. (QS. 2:264)

3. Memakan riba

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS.
2:276)

4. Tidak taat kepada Allah dan Rasul-rasulNya

Katakanlah:"Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. 3:32)

5. Membuat tipu daya

Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya
mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (QS. 3:54)

6. Menyuruh menganggap Nabi dan Malaikat sebagai Tuhan

Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi
sebagai Tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu
kamu sudah (menganut agama) Islam" (QS. 3:80)

7. Diliputi rasa ketakutan

Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan
mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim". (QS. 3:151)

8. Menyangka pemberian tangguh atas siksa Allah adalah baik

Dan janganlah sekali-kali orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi
tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan
bagi mereka azab yang menghinakan. (QS. 3:178)

9. Kikir

(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan
menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan
Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. (QS.
4:37)

10. Mendengar ayat Allah tetapi tidak mentaatinya (mungkin tidak mengerti)

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merobah perkataan dari tempat-tempatnya.
Mereka berkata:"Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya". Dan
(mereka mengatakan pula):"Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar
apa-apa. Dan (mereka mengatakan):"Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya
dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan:"Kami mendengar dan patuh,
dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka
dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran
mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. 4:46)

11. Orang beriman berjuang di jalan Allah, orang kafir berjuang di jalan
thagut (duniawi, selain dari Allah)

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang
kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan
itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. (QS. 4:76)
 
Sumber: http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/tarbiyah2/tarb-98/tar-1025.htm

Senin, 12 Desember 2011

MAKNA ISLAM

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah berkata :

Pengertian Islam secara umum adalah beribadah kepada Allah dengan syari’at-Nya sejak masa Allah mengutus para Rasul hingga tegaknya hari kiamat. Pengertian Islam inilah yang dimaksud oleh Allah dalam banyak ayat yang menunjukkan bahwa syari’at-syari’at terdahulu semuanya juga disebut berislam kepada Allah ‘azza wa jalla, seperti firman Allah yang menceritakan tentang Ibrahim (yang artinya), “Wahai Rabb kami jadikanlah kami berdua orang yang muslim kepada-Mu dan juga anak keturunan Kami sebagai umat yang muslim kepada-Mu.” (QS. Al-Baqarah : 128).
Adapun Islam dalam pengertian yang lebih khusus semenjak pengutusan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hanya mencakup agama yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu disebabkan agama yang beliau ajarkan menjadi penghapus seluruh agama terdahulu. Sehingga siapa saja (orang sesudah beliau) yang mengikuti beliau menjadi orang muslim dan siapa saja yang menentang beliau maka dia bukanlah muslim. Maka para pengikut rasul terdahulu adalah orang muslim di masa rasul mereka. Orang Yahudi adalah kaum muslimin di masa Musa ‘alaihis salam. Begitu pula orang Nasrani adalah kaum muslimin di masa Isa ‘alaihis salam. Adapun ketika Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diutus kemudian mereka mengingkari risalah beliau maka mereka bukan lagi kaum muslimin.
Agama Islam dalam pengertian inilah agama yang sekarang diterima di sisi Allah dan akan bermanfaat bagi pemeluknya. Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali-’Imraan : 19). Dan Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia akan termasuk golongan yang menderita kerugian.” (QS. Ali-’Imraan : 85). Seperti inilah keislaman yang dianugerahkan Allah kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta umatnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),”Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku atasmu. Dan Aku pun ridha Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maa’idah : 3). (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal. 20-21)

Islam mencakup 3 tingkatan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari pernah didatangi malaikat Jibril dalam wujud seorang lelaki yang tidak dikenali jati dirinya oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai pertanyaan Jibril dan dia pun telah meninggalkan mereka, maka pada suatu kesempatan Rasulullah bertanya kepada sahabat Umar bin Khoththob, “Wahai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ?”. Maka Umar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lah yang lebih tahu”. Nabi pun bersabda, “Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian” (HR. Muslim). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan : Di dalam (penggalan) hadits ini terdapat dalil bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi nama ad din/agama (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 23). Jadi agama Islam yang kita anut ini mencakup 3 tingkatan; Islam, iman dan ihsan.

Tingkatan Islam
Di dalam hadits tersebut, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa Romadhon dan berhaji ke Baitullah jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan : Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 14). Jadi Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

Tingkatan Iman
Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, “Iman itu ialah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho’ dan qodar; yang baik maupun yang buruk”. Jadi Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan : Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan antara islam dan iman, ini terjadi apabila kedua-duanya disebutkan secara bersama-sama, maka ketika itu islam ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota badan sedangkan iman ditafsirkan dengan amalan-amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah satunya (islam saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian” (Al Ma’idah : 3) maka kata Islam di sini sudah mencakup islam dan iman.. (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 17).

Tingkatan Ihsan
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan : Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu : menyembah Allah dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” artinya jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu” (Ta’liq Syarah Arba’in hlm. 21).

Bagaimana mengkompromikan ketiga istilah ini ?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan yang maknanya, bila dibandingkan dengan iman maka Ihsan itu lebih luas cakupannya bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada iman bila ditinjau dari orang yang sampai pada derajat ihsan. Sedangkan iman itu lebih luas daripada islam bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada islam bila ditinjau dari orang yang mencapai derajat iman. Maka di dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan islam. Sehingga orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa dibandingkan orang-orang mu’min yang lain, dan orang yang mu’min itu juga lebih istimewa dibandingkan orang-orang muslim yang lain..(lihat At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Shalih Fauzan, hlm. 63).
Oleh karena itulah para ulama’ muhaqqiq/peneliti menyatakan bahwa setiap mu’min pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Dan belum tentu setiap muslim itu pasti mu’min, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mu’min dengan iman yang sempurna. Sebagaimana Allah Ta’ala telah berfirman (yang artinya), “Orang-orang Arab Badui itu mengatakan : Kami telah beriman. Katakanlah : Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan : Kami telah berislam” (Al Hujuraat : 14). Dengan demikian, jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan (At Tauhid li shoffil awwal al ‘aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64).

Sumber: http://abu0mushlih.wordpress.com/2008/12/15/makna-islam/