Luigi

Selasa, 14 Juni 2011


PEMBAHASAN
ANTARA GANJA DAN ROKOK

Di banyak negara, menghisap ganja adalah pelanggaran hukum yang bisa dihukum berat. Berbeda dengan tembakau, jarang ada aturan yang tegas melarangnya meski rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, gangguan kehamilan dan janin.
Ganja (Cannabis sativa) atau disebut juga marijuana merupakan tanaman budidaya yang sering disalahgunakan. Daunnya mengandung senyawa tetrahidrokanabinol (THC) yang memiliki efek psikoaktif atau dapat mempengaruhi saraf otak dan kondisi kejiwaan.
Daun ganja disalahgunakan dengan cara dirajang, dikeringkan lalu dibakar dan dihisap seperti daun tembakau. Efek yang paling khas saat menghisap daun ganja adalah euforia atau gembira hingga tertawa cekikikan tanpa sebab, lalu diikuti dengan halusinasi atau melihat hal-hal yang tidak nyata.
Tidak bisa dipungkiri, kebiasaan menghisap ganja juga bisa memicu efek jangka panjang. Beberapa efek penggunaan ganja yang terus menerus adalah sebagai berikut.
1. Peningkatan resiko psikotik atau gangguan kejiwaan kronis
2. gangguan pernafasan dan kerusakan fungsi paru
3. Ketergantungan dan gejala putus obat (widhrawal symptom)
4. Gangguan memori dan konsentrasi
Karena efeknya langsung memicu perubahan perilaku, ganja selalu tampak lebih berbahaya dibanding rokok yang efek jangka pendeknya nyaris tidak ada kecuali hanya batuk-batuk bagi yang sensitif terhadap bau asapnya. Bahkan ada yang menganggap rokok justru bisa meningkatkan konsentrasi.
Namun apakah benar tembakau lebih aman dari rokok? Sebuah penelitian yang melibatkan 320 relawan dan telah dipublikasikan dalam jurnal Thorax tahun 2007 menunjukkan, emphysema atau kerusakan paru-paru kronis justru lebih banyak dialami oleh para perokok tembakau dibandingkan pada pengguna ganja.
Di kelompok pengguna ganja yang tidak merokok, emphysema hanya diderita oleh sekitar 1 persen dalam jangka waktu 5 tahun. Bandingkan risikonya pada perokok berat, emphysema menyerang 19 persen dari perokok yang mengisap antara 15-20 batang/hari selama 1 tahun.
Legalitas tembakau merupakan salah satu alasan, sebab tidak adanya larangan membuat tembakau cenderung lebih sering dihisap dibanding ganja. Seorang perokok berat bisa menghisap hingga 15 batang/hari sementara pengguna ganja reguler sekalipun hampir tidak mungkin menghabiskan 5 linting/hari.
Namun dalam kaitannya dengan kesehatan paru-paru, tidak bisa disimpulkan bahwa ganja lebih sehat dibanding rokok. Sebab kenyataannya, hampir tidak ada pemakai ganja yang tidak merokok tembakau. Perkenalan dengan ganja umumnya dimulai dengan rokok, sehingga risikonya justru menjadi lebih tinggi.








PENUTUP
KESIMPULAN
           
            Dari pembahasan diatas maka saya simpulkan bahwa: penggunaan ganja dan rokok merupakan sama-sama berbahaya bagi anggota tubuh karena bahan-bahan rokok itu mengandung nikotin dan itu sama dengan penggunaan ganja.
Ganja (Cannabis sativa) atau disebut juga marijuana merupakan tanaman budidaya yang sering disalahgunakan. Daunnya mengandung senyawa tetrahidrokanabinol (THC) yang memiliki efek psikoaktif atau dapat mempengaruhi saraf otak dan kondisi kejiwaan.











DAFTAR PUSTAKA

http://www.defry.net/lifestyle/antara-ganja-dan-rokok/

Senin, 13 Juni 2011

makalah " asal-usul dan substansi kejadian manusia dalam al-qur'an

BAB I
PENDAHULUAN


Diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus.
Firman Allah SWT:
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS. Al-Hijr 28)

Artinya: Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (QS. Al-Hijr 29

Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb. Jadi sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.





BAB II, PEMBAHASAN
ASAL USUL DAN SUBSTANSI KEJADIAN MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

A. Asal usul manusia sebagai mahkluk biologis
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).

Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)

Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).

Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan : "Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu". Selain iti beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya."

Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/ membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :

Artinya; Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan [1307]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan? (QS. Az Zumar (39) : 6).
B. Asal usul manusia spesies pertama
Darwin mengajukan penyataannya bahwa manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man, terbitan tahun 1871. Sejak saat itu hingga sekarang, para pengikut jalan Darwin telah mencoba mendukung pernyataannya. Tatapi meskpun berbagai penelitian telah dilakukan, pernyataan mengenai "evolusi manusia" tidak didukung oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya dalam hal fosil.
Kebanyakan masyarakat awam tidak menyadari kenyataan ini, dan berfikir bahwa pernyataan evolusi manusia didukung oleh banyak bukti yang kuat. Penyebab adanya opini yang keliru ini adalah bahwa permasalahan ini sering dibahas dalam media dan dihadirkan sebagai fakta yang terbukti. Tetapi yang benar-benar ahli dalam masalah ini menyadari bahwa tidak ada landasan ilmiah bagi pernyataan evolusi manusia. David Pilbeam, ahli paleoanthropologi dari Harvard University.
Pernyataan evolusi ini, yang "miskin akan bukti," memulai pohon kekerabatan manusia dengan satu kelompok kera yang telah dinyatakan membentuk satu genus tersendiri, Australopithecus. Menurut pernyataan ini, Australopithecus secara bertahap mulai berjalan tegak, otaknya membesat, dan ia melewati serangkaian tahapan hingga mencapai tahapan manusia sekarang (Homo sapiens). Tetapi rekaman fosil tidak mendukung skenario ini. Meskipun dinyatakan bahwa semua bentuk peralihan ada, terdapat rintangan yang tidak dapat dilalui antara jejak fosil manusia dan kera. Lebih jauh lagi, telah terungkap bahwa spesies yang digambarkan sebagai nenek moyang satu sama lain sebenarnya adalah spesies masa itu yang hidup pada periode yang sama. Ernst Mayr, salah satu pendukung utama teori evolusi abad ke-20, berpendapat dalam bukunya One Long Argument bahwa "khususnya [teka-teki] bersejarah seperti asal usul kehidupan atau Homo sapiens, adalah sangat sulit dan bahkan mungkin tidak akan pernah menerima penjelasan akhir yang memuaskan."
Tetapi apakah landasan gagasan evolusi manusia yang diajukan oleh para evolusionis? Ialah adanya banyak fosil yang dengannya para evolusionis bisa membangun tafsiran-tafsiran khayalan. Sepanjang sejarah, telah hidup lebih dari 6.000 spesies kera, dan kebanyakan dari mereka telah punah. Saat ini, hanya 120 spesies yang hidup di bumi. Enam ribu atau lebih spesies kera ini, di mana sebagian besar telah punah, merupakan sumber yang melimpah bagi evolusionis.
Di lain pihak, terdapat perbedaan yang berarti dalam susunan anatomi berbagai ras manusia. Terlebih lagi, perbedaannya semakin besar antara ras prasejarah, karena seiring dengan waktu ras manusia setidaknya telah bercampur satu sama lain dan terasimilasi. Meskipun demikian, perbedaan penting masih terlihat antara berbagai kelompok populasi yang hidup di dunia saat ini, seperti, sebagai contoh, ras Scandinavia, suku pigmi Afrika, Inuits, penduduk asli Australia, dan masih banyak lagi yang lain.
Tidak terdapat bukti untuk menunjukkan bahwa fosil yang disebut hominid oleh ahli paleontologi evolusi sebenarnya bukanlah milik spesies kera yang berbeda atau ras manusia yang telah punah. Dengan kata lain, tidak ada contoh bagi satu bentuk peralihan antara manusia dan kera yang telah ditemukan.
Kelompok pertama, genus Australopithecus, berarti "kera dari selatan," seperti yang telah kita katakan. Diperkirakan makhluk ini pertama kali muncul di Afrika sekitar 4 juta tahun yang lalu, dan hidup hingga 1 juta tahun yang lalu. Terdapat banyak spesies yang berlainan di antara Australopithecine. Evolusionis beranggapan bahwa spesies Australopithecus tertua adalah A. afarensis. Setelah itu muncul A. africanus, dan kemudian A. robustus, yang memiliki tulang relatif lebih besar. Khusus untuk A. Boisei, beberapa peneliti menganggapnya sebagai spesies lain, sementara yang lainnya sebagai sub-spesies dari A. Robustus. Semua spesies Australopithecus adalah kera punah yang mirip dengan kera masa kini. Volume tengkorak mereka adalah sama atau lebih kecil daripada simpanse masa kini.
C. Asal usul reproduksi manusia
Sudah merupakan fakta yang diakui bahwa reproduksi manusia berlangsung dalam suatu rangkaian proses yang dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia, suatu sel telur yang telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan melalui siklus menstrual. Yang melakukan pembuahan tersebut adalah suatu sel yang berasal dari pria, yaitu spermatozoa, yang berpuluh-puluh juta spermatozoa terkandung dalam satu sentimeter kubik sperma. Meskipun demikian, yang dibutuhkan untuk menjamin terjadinya pembuahan adalah satu spermatozoa saja, atau dengan kata lain, sejumlah sangat kecil cairan sperma. Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh penis dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu sistem saluran dan tandon. Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari tempat penyimpanannya ke
saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut yang meskipun demikian, tidak mengandung unsur-unsur pembuah.
Keluaran-keluaran getah ini, meskipun demikian, akan memberikan suatu pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma untuk sampai ke tempat sel telur wanita dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu merupakan suatu campuran, ia mengandung cairan benih dan berbagai keluaran getah tambahan.
Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui tabung Falopia bahkan pada saat ia turun itulah, ia telah mulai terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau kekentalan lendir dan otot-otot, begitu tembuni terbentuk.
Segera setelah embrio tampak oleh mata telanjang, ia terlihat sebagai suatu kelemit daging yang tidak memiliki bagian-bagian yang bisa dibedakan. Di sana ia berkembang secara bertahap hingga mencapai satu bentuk manusia, selama tahap-tahap ini bagian-bagian tertentu seperti kepala agak lebih besar volumenya dibanding bagian-bagian tubuh selebihnya. Hal-hal ini akhirnya menyusut, sedang struktur
penopang hidup dasar membentuk kerangka yang dikelilingi otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian dalam tubuh) dan sebagainya.
D. Substansi manusia
Setiap manusia selalu ingin sukses dalam menjalani hidupnya. Kesuksesan tersebut dapat dicapai jika manusia mampu mengenali, menggali (eksplorasi) dan memanfaatkan (eksploitasi) segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Hakikatnya dalam setiap diri manusia terdiri dari tiga bagian utama yang terpadu yaitu jiwa (sukma), jasmani (raga) dan nyawa (ruh).
Banyak orang yang memberikan batasan yang sama terhadap ruh dan jiwa. Padahal kedua hal tersebut adalah sesuatu yang berbeda hakikat.
Jika kita ibaratkan dengan sebuah mesin komputer, jasmani adalah perangkat kerasnya (hardware) dan jiwa adalah perangkat lunaknya (software). Sedangkan ruh adalah energi listrik yang dialirkan ke dalam perangkat-perangkat tersebut sehingga dapat berfungsi dengan baik.
Dengan tersusunnya manusia atas tiga substansi utama tersebut maka wajarlah jika Islam kemudian memberikan bimbingan yang terkait dengan masing-masing bagian tersebut.
Untuk hal-hal yang terkait dengan jasmani/ragawi diberikan bimbingan melalui Rukun Islam yang keseluruhan bagiannya banyak melibatkan aktivitas fisik.
Sedangkan Rukun Iman membimbing manusia untuk hal-hal yang terkait dengan aktivitas mental/jiwa seseorang.
Kemudian keseluruhan hal tersebut dipadukan dan dilebur melalui ihsan yang merupakan ruh dari segenap inti kehidupan manusia.
Maka untuk mencapai derajat manusia yang paripurna diperlukan pelatihan yang berkesinambungan dari mulai pengkondisian fisik supaya dapat memberikan dampak pada mental dengan dihidupkan oleh aspek kesadaran ruhaniyah yang memadukan keseluruhan bagian diri manusia.
Derajat manusia tertinggi yang di dalam Islam dikenal sebagai kaum mukhlish. Para mukhlish ini sudah mencapai derajat keikhlasan yang luar biasa hingga ego dalam dirinya sudah berubah kepada kesatuan ruhaniyahnya dengan Sang Ilah.
Atau dengan kata lain mereka sudah tidak lagi memiliki ego dalam dirinya. Bagi mereka apapun yang terkait dengan Sang Maha Pencipta adalah ego mereka, bukan diri mereka sendiri lagi.
Namun untuk mencapai kondisi mental seperti itu dilalui melalui jalan yang panjang. Dimulai dari menjadi seorang Muslim kemudian menjadi seorang muttaqien (yang bertakwa) hingga mencapai tingkat mukmin (yang beriman) sampai meraih kemampuan lepas dari segala hal termasuk dirinya sendiri kecuali Alloh SWT yang sebagai seorang mukhlish.
E. Asal usul kisah hawa berasal dari tulang rusuk adam
Pengetahuan sejak turun temurun bagi sebagian besar kaum Muslimin bahwa Hawa, ibu dari sekalian umat manusia diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.
Sebagian besar ulama pun sering menyampaikannya di acara-acara ceramah bahwa memang Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, yang dari keduanya umat manusia berkembang sampai hari kiamat kelak.
Beberapa da’i yang muncul di layar-layar kaca (TV) tidak sekalipun menyebutkan adanya perbedaan atau polemik ulama dan fuqaha (ahli fiqh) tentang asal penciptaan Siti Hawa sehingga pendapat tersebut sepertinya telah baku. Tapi beberapa ulama kontemporer tidak sependapat dengan keyakinan umum itu.
Masalah penciptaan ummul bashar (ibu umat manusia) tersebut kembali diangkat oleh sejumlah ulama belum lama ini. "Ibunda Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam adalah keyakinan yang keliru," kata DR. Abdul Ghani Shama, seperti dikutip harian Al-Bayan, Jumat (20/4). Menurut Penasihat Menteri Wakaf Mesir itu, keduanya diciptakan dari materi yang sama, sedangkan keyakinan yang berkembang selama ini adalah berasal dari israiliyat (kisah-kisah yang tidak jelas asalnya).
"Banyak kisah tentang penciptaan Hawa, sebagian menyebutkan dari tulang rusuk bengkok Nabi Adam, sebagian kisah menyebutkan dari tulang rusuk lurus. Ada juga yang menyebutkan bahwa saat Nabi Adam terbangun tiba-tiba di sampingnya telah ada Siti Hawa," kata DR. Aminah Nuseir.
Guru besar Aqidah dan Filsafat di Universitas Al-Azhar Kairo itu mengingatkan bahwa kisah-kisah tersebut tidak ada dasarnya semuanya adalah 'israiliyat' yang tidak bisa dijadikan dasar. "Akidah Muslim yang benar adalah baik Adam maupun Hawa berasal dari nafsun wahidah (yang satu) yang sangat jelas dipaparkan oleh Al-Qur'an. Jadi tidak perlu ditafsirkan dengan kisah-kisah yang tidak jelas," katanya.
Hal senada juga ditandaskan oleh pakar Muslim, Abdul Fatah Asakir. "Pendapat sebagian ulama yang menyebutkan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, tidak tepat, karena ia diciptakan dari jenis yang sama". Menurut dia, sejumlah hadis yang menjadi sandaran sebahagian ulama tentang Siti Hawa sanadnya (penukil hadis) lemah. Ia menyebutkan sejumlah hadis tersebut yang ia ragukan keabsahannya.



DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Abdu Abdillah Muhammad bin Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah, Shahih Bukhari, Beirut, Dar Al-Fikr.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Semarang, CV. Toha Putra, 1987
Bahraeisy, Hussein, Himpunan Hadits Shahih Muslim, Surabaya, Al-Ikhlas, 1987
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahannya, Jakarta, Bumi Restu, 1974
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an. Jakarta
Dr. Swardi. Buku : Petunjuk geologi SMA Kurikulum 1994. Penerbit Balai Pustaka